Tragedi Kesehatan di Tanjungpinang: Dugaan Keterlambatan Rujukan Medis di Puskesmas Kampung Bugis Picu Kecaman Keras

Gardatvnews | Tanjungpinang – 4 Maret 2025, Kota Tanjungpinang tengah di guncang peristiwa tragis yang menimpa seorang bocah perempuan berusia empat tahun, Febry Ayunindy binti Darman Hermawan. Anak malang ini menghembuskan napas terakhirnya pada 3 maret 2025, pukul 18:15 WIB, setelah diduga mengalami kelalaian dalam penanganan medis di Puskesmas Kampung Bugis, sebelum dirujuk ke RSUP Raja Ahmad Thabib.
Insiden memilukan ini memicu gelombang kemarahan yang luas di kalangan masyarakat, terutama setelah muncul dugaan bahwa tenaga medis di kedua fasilitas kesehatan tersebut gagal memberikan respons cepat dan tepat dalam menangani kondisi kritis yang dialami Febry. Kejadian ini menyoroti kembali lemahnya sistem pelayanan kesehatan di Tanjungpinang, yang dinilai tidak hanya tidak profesional, tetapi juga beresiko besar terhadap keselamatan pasien.
Identitas Korban
Nama Lengkap: Febry Ayunindi Binti Darman Hermawan
Usia: 4 Tahun
Waktu Meninggal Dunia: 3 Maret 2025, Pukul 18:15 WIB
Lokasi Wafat: RSUP Raja Ahmad Thabib, Kota Tanjungpinang
Alamat Rumah Duka: Jembatan Kuning, RT.02/RW.02, No.7A, Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Provinsi Kepulauan Riau (Belakang SD Negeri 005)
Kronologi Tragedi: Lambannya Penanganan Medis yang Berujung Kematian
Menurut keterangan keluarga, Febry mengalami kondisi darurat yang memerlukan tindakan medis segera. Dengan harapan besar agar nyawa anak mereka bisa diselamatkan, orang tua Febry membawa ke Puskesmas Kampung Bugis. Namun, harapan itu berubah menjadi duka mendalam ketika mereka justru dihadapkan pada respons yang diduga lamban dan tidak profesional dari tenaga medis di puskesmas tersebut.
Setibanya di puskesmas, orang tua Febry mengarapkan tindakan medis cepat dan terarah. Namun, justru yang mereka alami adalah keterlambatan dalam penanganan, minimnya kesiapan tenaga medis, serta terbatasnya fasilitas yang seharusnya mampu menangani situasi darurat.
“Kami datang untuk menyelamatkan anak kami, tetapi yang kami dapatkan adalah pelayanan yang tidak menunjukkan kepedulian terhadap nyawa manusia,” ungkap seorang anggota keluarga dengan nada penuh amarah dan kesedihan.
Lebih mengkhawatirkan, beberapa saksi mata menduga bahwa Febry kemungkinan besar sudah meninggal dunia ketika masih berada di Puskesmas Kampung Bugis. Namun, pihak puskesmas justru tetap merujuknya ke RSUP Raja Ahmad Thabib tanpa memberikan kepastian yang jelas kepada keluaraga terkait kondisi pasien.
Kemarahan keluarga semakin memuncak setelah diketahui bahwa saat kejadian, dokter piket yang seharusnya berjaga di Puskesmas Kampung Bugis justru tidak berada di tempat. Fakta ini semakin memperkuat dugaan bahwa fasilitas kesehatan tersebut tidak memiliki kesiapan dalam menangani situasi darurat yang mengancam nyawa pasien.
“Dalam kondisi kritis seperti ini, setiap detik sangat berarti. Namun, tidak ada dokter di tempat, tenaga medis terlihat lamban, dan akibatnya, nyawa anak kami melayang sia-sia. Ini bukan sekedar kelalaian biasa, tetapi bentuk pengabaian yang tidak bisa diterima!” tegas sayang ayah yang menyaksikan langsung detik-detik terakhir putrinya.
Gelombang Kemarahan Publik: Masyarakat Menuntut Pertanggungjawaban
Tragedi ini memicu gelombang protes besar-besaran di Kota Tanjungpinang. Warga mengecam keras dugaan kelalaian yang terjadi di Puskemas Kampung Bugis, akibat miss komunikasi dengan RSUP Raja Ahmad Thabib, serta menuntut pertanggungjawaban penuh dari kedua institusi kesehatan tersebut.
Banyak warga menilai bahwa kasus seperti ini bukan pertama kali terjadi, melainkan bagian dari masalah sistematik dalam layanan kesehatan di Puskesmas Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota. Pelayanan yang dinilai buruk, minimnya profesionalisme tenaga medis, serta kurangnya sarana dan prasarana medis semakin memperkuat opini bahwa sistem kesehatan di Tanjungpinang berada dalam kondisi darurat.
“Sampai kapan nyawa warga akan terus menjadi taruhan akibat sistem kesehatan yang bobrok? Kami tidak butuh sekadar permintaan maaf atau klarifikasi kosong! Kami ingin ada tindakan nyata agar tragedi seperti ini tidak terulang lagi!” tegas seorang warga yang geram atas kejadian tersebut.
Tuntutan Masyarakat: Reformasi atau Nyawa Berikutnya Yang Melayang?
Tragedi ini menjadi cerminan betapa mendesaknya reformasi dalam sistem layanan kesehatan di Tanjungpinang. Masyarakat kini menuntuk langkah konkret dari pemerintah daerah Tanjungpinang serta Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
beberapa tuntutan utama yang mulai di suarakan masyarakat antara lain:
- Peningkatan sarana dan prasarana medis, khususnya di fasilitas kesehatan yang sering menangani pasien dalam kondisi kritis.
- Evaluasi menyeluruh terhadap tenaga kesehatan, guna memastikan kompetensi dan dedikasi mereka dalam menjalankan tugas.
- Penerapan sanksi tegas bagi tenaga medis atau intitusi yang terbukti lalai, agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
- Perbaikan sistem rujukan, agar pasien dalam kondisi kritis tidak mengalami keterlambatan atau prosedur yang justru memperburuk keadaan.
Saat ini, keluarga korban masih menunggu klarifikasi resmi dari pihak terkait dan tengah mempertimbangkan langkah hukum demi menuntut keadilan atas meninggalnya Febry.
Ujian bagi Pemerintah, Harapan bagi Masyarakat
Tragedi yang menimpa Febry Ayunindi bukan hanya sekadar insiden tragis, tetapi juga peringatan keras bagi sistem layanan kesehatan di Tanjungpinang. Layanan kesehatan bukanlah sekadar formalitas administratif, tetapi berkaitan langsung dengan keselamatan nyawa manusia yang harus ditangani dengan penuh tanggung jawab.

Ketua Forum Mubalig Kota Tanjungpinang, Buya Hariyun Sagita, mengecam keras buruknya layanan medis di Puskemas Kampung Bugis. Beliau menegaskan bahwa kejadian ini bukan sekadar kejadian biasa, tetapi telah mengarah pada pengabaian serius yang tidak bisa ditoleransi.

Senada dengan itu, Buya Mahyuddin Nadeak, Ketua Umum GEMAS Tanjungpinang, juga mengutuk keras dugaan kelalaian medis yang menyebabkan nyawa seorang anak kecil melayang tanpa penanganan yang memadai.
Pernyataan dari dr. Raja Lisa Riantuti, Kepala Puskesmas Kampung Bugis, bahwa memperbaiki sitem rujukan dari Puskemas ke RSUD Kota Tanjungpinang maupun RSUD Provinsi Kepulauan. Agar tidak terjadi keterlambatan pelayanan pasien. Harap kedepannya pihak-pihak yang berkepentingan, agar duduk bersama untuk memperbaiki sistem rujukan, terutama pasien gawat darurat.
Kini, semua mata tertuju pada lengkah yang diambil oleh pemerintah dan pihak berwenang. Akankah kejadian ini menjadi momentum perubahan bagi sistem kesehatan di Tanjungpinang? Ataukah hanya akan berlalu begitu saja tanpa ada perbaikan berarti?
Masyarakat menanti jawaban, dan sejarah akan menjadi saksi atas respons yang akan diberikan.(Anwar)