Warga Geram, Tuntut Penutupan THM Leko Akibat Kericuhan yang Tak Kunjung Usai

Gardatvnews | Tanjungpinang – Tempat Hiburan Malam (THM) Leko yang berlokasi di Jalan Aisyah Sulaiman, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, kembali menjadi sorotan setelah seringnya terjadi keributan antar pengunjung. Warga sekitar mengaku sudah lama resah dengan keberadaan tempat ini, yang tidak hanya menghadirkan suara musik menggelegar hingga dini hari, tetapi juga sering kali menjadi lokasi bentrokan antar pengunjung, baik di dalam maupun di luar area hiburan.
Sejumlah warga yang bermukim di sekitar THM Leko mengungkapkan keresahan mereka yang semakin hari kian memuncak. Salah satunya adalah Erlin, yang rumahnya tidak jauh dari lokasi. Ia menyatakan bahwa gangguan dari tempat hiburan tersebut bukanlah sesuatu yang baru, tetapi sudah menjadi rutinitas yang meresahkan.
Keluhan Warga Terabaikan, Ketenangan Hilang
Erlin menuturkan bahwa hampir setiap malam dirinya harus menghadapi suara dentuman musik yang memekakkan telinga. Bahkan, tak jarang suara itu disertai dengan keributan yang terjadi di antara para pengunjung. Situasi ini membuat dirinya dan keluarganya sulit untuk beristirahat dengan tenang. Kondisi semakin diperparah dengan adanya anggota keluarga lanjut usia yang membutuhkan suasana kondusif untuk beristirahat.
“Setiap malam kami terganggu. Saya sudah sering berteriak agar mereka lebih tenang, tapi tetap saja tidak ada perubahan. Suara musik tetap keras, keributan terus terjadi,” ungkapnya dengan nada kesal, Senin (24/2/2025).
Berbagai upaya sudah dilakukan Erlin untuk meminta pengelola THM Leko agar lebih memperhatikan kenyamanan warga sekitar. Ia bahkan pernah mendatangi penjaga tempat tersebut dan meminta agar volume musik dikecilkan, namun usahanya sia-sia.
“Saya sudah bicara langsung dengan penjaga di sana, meminta mereka mengecilkan suara musiknya karena saya dan anak-anak sudah sangat terganggu. Tapi mereka seakan tidak peduli. Mereka tetap menjalankan aktivitas seperti biasa, seolah tidak terjadi apa-apa,” tambahnya dengan nada kecewa.
Tragedi Berdarah: Anggota TNI Tewas dalam Perkelahian
Puncak dari keresahan warga terjadi pada Minggu (23/2/2025) dini hari, ketika sebuah insiden tragis pecah di THM Leko. Sejumlah prajurit TNI yang tengah berada di lokasi terlibat dalam perkelahian, yang berujung pada tewasnya salah satu anggota setelah mengalami luka tusuk.
Erlin mengaku mendengar suara keributan di luar rumahnya saat kejadian berlangsung. Namun, karena insiden semacam ini sudah terlalu sering terjadi, ia mengabaikannya dan memilih untuk tidak keluar rumah.
“Saya memang dengar ada orang ribut di luar. Tapi karena sudah terlalu sering terjadi, saya tidak mau ambil pusing lagi. Sudah terlalu malas untuk peduli,” ujarnya dengan nada pasrah.
LAM Kepri Desak Penutupan THM, Sebut Lebih Banyak Mudarat daripada Manfaat
Menanggapi insiden ini, Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Riau menyatakan sikap tegas terhadap keberadaan THM yang dianggap membawa lebih banyak dampak negatif daripada manfaat bagi masyarakat. Ketua I LAM Kepri, Dato’ Wira Setia Utama Atmadinata, menegaskan bahwa peristiwa ini seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah untuk segera mengambil tindakan konkret.
“Kejadian ini harus menjadi perhatian serius. Kami meminta agar THM semacam ini ditutup secara permanen, karena jelas lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya,” tegas Atmadinata.
Ia juga menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap tempat-tempat hiburan malam serta gelanggang permainan guna mencegah insiden serupa terulang di masa mendatang. Jika sebuah tempat hiburan telah terbukti menjadi sumber keresahan dan konflik, ia menilai pemerintah harus berani mengambil langkah tegas dengan menutupnya.
“Kami sepenuhnya mendukung langkah pemerintah dalam menertibkan dan mengawasi tempat-tempat hiburan malam yang rawan konflik. Jika sudah terbukti menimbulkan keresahan dan masalah sosial, maka tidak ada alasan untuk membiarkannya terus beroperasi,” ujar mantan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Tanjungpinang itu.
Sebagai contoh nyata, Atmadinata mengingatkan keberhasilan pemerintah dalam menutup Cafe Base Camp di Simpang Pamedan beberapa waktu lalu. Kafe tersebut sempat menuai kontroversi karena mengadakan acara ‘Back to Party’ dengan tema seragam sekolah, yang menuai kecaman dari berbagai pihak.
“Tanjungpinang ini adalah kota pelajar. Kita tidak boleh membiarkan tempat-tempat seperti ini merusak moral dan masa depan generasi muda kita,” pungkasnya dengan nada tegas.
Reporter : Anwar / Redaksi GARDATVNEWS